From Kreyo to Korea (part1)

Tidak ada lagi pintu kamar perempuan yang digedor-gedor oleh teman-teman lelaki kami yang membangunkan untuk solat subuh .
Tidak ada lagi kami solat berjamaah di mushola dengan kecepatan doa yang luar biasa kilat.
Tidak ada lagi kami berbonceng-boncengan turun ke alun-alun kota batang untuk menjual takjil di sore hari pada bulan puasa.
Tidak ada lagi makan bersama di meja makan.
Tidak ada lagi kami, para perempuan, lari terbirit-birit masuk ke kamar, melewati gerombolan teman-teman lelaki yang sedang berkumpul di depan tv, sambil membawa jemuran pakaian dalam kami yang telah kering.
Tidak ada lagi main UNO hingga pukul 2 pagi.
Tidak ada lagi curhat-curhatan di tengah permainan UNO.
Tidak ada lagi kami membonceng teman-teman lelaki sambil melewati kuburan di jalan menuju desa tanpa lampu yang kondisinya telah rusak.
Tidak ada lagi rutinitas melewati persawahan dengan jalan berkelok-kelok tanpa lampu.
Tidak ada lagi anak-anak TK yang berteriak “K K NNN!!” ketika kami lewat di sekitar desa.
Tidak ada lagi kami pergi ke pasar membeli kebutuhan untuk program kami.
Tidak ada lagi kami ke alfamart untuk sekedar membeli makanan ringan atau kebutuhan-kebutuhan yang kurang.
Tidak ada lagi teman lelaki yang kerap mengetuk pintu kamar perempuan hanya untuk meminjam sisir setelah dia mandi.
Tidak ada lagi kami jalan-jalan ke pekalongan di malam hari untuk sekedar menikmati kopi/coklat di pinggir jalan.
Tidak ada lagi kami makan kerupuk singkong dan roti gapit buatan warga desa.
Tidak ada lagi teman-teman lelaki yang minta dipijat.
Tidak ada lagi candaan teman-teman lelaki kepada teman-teman perempuan.
Tidak ada lagi tangis yang pecah akibat keusilan teman-teman lelaki.
Tidak ada lagi kami minum teh di pagi hari.
Rutinitas selama 35 hari tersebut, tiba-tiba hilang.
Rutinitas yang telah kita jalani bersama.
Hari ini, kita kembali menjalani aktivitas harian yang biasa kita lakukan sebelum kita dipertemukan bersepuluh.
Ini bukan perpisahan, tidak ada silaturahmi yang terputus.
Ini adalah permulaan, sebuah keluarga baru.
Berakhirnya masa kerja KKN kita tidak berarti berakhir pula persahabatan kita.
Kalian telah memberi warna kehidupan yang baru.
Aku bangga pada kekompakan team kita.
Munculnya konflik tidak meretakkan kekuatan team kita.
Terima kasih atas hari-hari yang telah kita lalui bersama.
Pengalaman ini takkan mungkin aku lupakan.
Kalian semua hebat.
Sekali lagi, terima kasih kawan.

Bogor, 30 Agustus 2013

image

image

image

image
image

Leave a Comment

This error message is only visible to WordPress admins

Error: No connected account.

Please go to the Instagram Feed settings page to connect an account.