Sejujurnya saya penasaran, apakah saya bukan satu-satunya orang yang gemar melamun sambil memikirkan hidup…namun jika mengingat bahwa ada sekitar 7 miliar penduduk yang menempati bumi saya rasa saya bukanlah satu-satunya orang yang gemar melamun sambil memikirkan kehidupan. Pertanyaan berikutnya, apakah kegiatan ini ada faedahnya? Kalau Isaac Newton pada saat itu tidak sedang duduk-duduk santai sambil melamun lalu ada apel jatuh di dekatnya, dia tidak akan menemukan teori gravitasi. Tapi saya bukan Isaac Newton dan juga bukan ilmuwan. Lantas apa yang saya hasilkan ketika sedang melamun sambil berpikir tentang kehidupan?
Tahun 2014 merupakan tahun yang cukup menarik bagi saya. Karena selama setahun penuh ada bermacam perasaan yang bercampur aduk seperti nano nano.
Pada bulan-bulan awal sekembalinya dari Korea saya merasa seperti pengangguran total. Pada saat itu semangat belajar saya sedang menggebu-gebu tapi tidak ada jadwal perkuliahan karena sisa kuliah saya baru dimulai bulan September. Saya tidak bisa berdiam diri saja, bisa-bisa jadi gila.
Kemudian saya iseng mencari kegiatan apa saja. Tercetus untuk melamar sebagai tentor bahasa inggris di sebuah lembaga bimbingan belajar dan akhirnya diterima. Ini juga menjadi pengalaman berharga karena saya pikir, dan pasti banyak orang yang belum pernah menjalani profesi ini juga berpikiran sama, bahwa menjadi guru itu mudah. Sungguh, menurut saya ini bukanlah pekerjaan yang mudah, paling tidak untuk standar saya pribadi. Bercermin ketika masih SD-SMP saat saya punya guru les privat. Setiap guru tersebut sering tidak bisa menjawab pertanyaan saya atau membuat saya gagal meraih nilai sempurna dalam PR, saya langsung minta orang tua untuk mengganti guru les. Memori guru ideal masa kecil itu yang membuat saya bertekad untuk menjadi tentor sebaik-baiknya. Namun ternyata menjadi tentor itu bukan perkara menyampaikan materi belaka. Saat itu saya merasa memiliki beban moral untuk membuat anak-anak tersebut menyukai pelajaran bahasa inggris dan meraih nilai yang baik di sekolah dan itu bukan pekerjaan yang mudah sama sekali. Karakter dan motivasi anak-anak bermacam-macam begitu pula dengan mood belajar mereka. Menangani mereka dibutuhkan metode khusus dan lumayan tantangan tersendiri bagi saya yang tidak punya background pendidikan perguruan. Saya tidak mau menjadi seseorang yang menerima uang hanya dengan menyampaikan materi dari modul tak peduli apakah mereka paham atau tidak. Saya ingin menjadi tentor ideal seperti yang saya idamkan pada setiap tentor saat masih SD-SMP.
Pekerjaan sampingan sebagai tentor harus saya tinggalkan karena pada bulan Maret saya diterima magang di bank sentral dimana jam magangnya dimulai pukul 7 hingga 5 sore. Saya tidak diberi tugas inti seperti layaknya pegawai tetap disitu. Namun saya merasa bersyukur bisa merasakan bagaimana rasanya duduk di depan komputer di dalam kubikel dengan suasana formal seolah-olah saya ini pegawai yang sebenarnya, bersyukur karena pengalaman ini memberikan refleksi kepada diri sendiri: “apakah saya tipe pegawai kantoran atau lapangan? Atau saya bisa beradaptasi dengan situasi pekerjaan apa saja?”. Hitung-hitung sebagai pengalaman sebelum terjun langsung di dunia pekerjaan.
Pada bulan April-Juni saya tidak banyak melakukan kegiatan-kegiatan produktif. Sebulan saya tinggal di rumah kakak saya di Bogor untuk beristirahat namun cukup membosankan juga tidak ada hal yang bisa saya kerjakan. Sejak April saya mulai membaca buku sastra, biografi, dan buku-buku lainnya. Senang juga akhirnya bisa membaca buku lagi. Dulu waktu SMP setiap seminggu sekali saya pergi ke Gramedia dan membeli entah komik atau novel atau buku jenis lain. Referensi-referensi komik atau buku saya dapatkan dari langganan majalah Bobo dan Kawanku. Keren juga papa saya selalu langganan majalah Bobo saat SD dan Kawanku saat SMP untuk saya, karena dari majalah Bobo saya jadi senang membaca cerita dan menulis.
Memasuki bulan Juli saya sudah mulai persiapan mencari bahan skripsi. Ternyata banyak “faktor-x” yang mempengaruhi cepat-tidaknya pengerjaan sebuah skripsi. Mulai dari objek skripsi itu sendiri, niat diri untuk menulis skripsi atau karakter dosen pembimbing. Pada bulan September saya mulai menjalani perkuliahan semester akhir. Aneh juga rasanya memiliki teman sekelas yang baru alias adik angkatan. Segalanya berlangsung lancar dan sangat cepat buat saya, rasanya baru kemarin masuk kuliah, beberapa hari lagi sudah akan ujian akhir semester.
Ohya, tentang “faktor-x” dalam skripsi tadi ada hal yang lucu. Selama sebulan saya tidak menyentuh skripsi dikarenakan dosen pembimbing meminta saya untuk membantu kuesioner penelitian beliau. Menurut saya ini lucu, karena rencana target pengerjaan skripsi jadi berubah total akibat tugas dari dosen ini, tapi toh saya senang melakukannya karena asyik juga membantu tugas orang lain.
Pada akhir-akhir bulan tahun ini saya juga membeli buku-buku baru. Animal Farm adalah buku yang sangat cemerlang. Saat ini saya juga sedang menyelesaikan Dead Souls dan Madilog. Pertama kali melihat Madilog di toko buku saya sangat kaget dan tercengang. Ini adalah buku karya Tan Malaka, seorang mantan komunis namun juga berkontribusi terhadap pembentukan bangsa ini. Saya kaget bahwa buku ini tersedia di Gramedia dalam cetakan baru karena beberapa minggu yang lalu diskusi buku karangan Harry Poeze tentang Tan Malaka di beberapa kota terpaksa dibubarkan oleh pihak-pihak anti komunis. Baru sepertiga jalan tetapi kesan selama membaca buku ini saya terkagum-kagum pada kepandaiannya. Lupakan tentang background politiknya, konten dalam buku ini benar-benar membuat saya jadi haus pengetahuan.
Begitulah, rangkuman singkat sepanjang tahun 2014 bagi saya. Tahun yang menarik bagi saya, karena di tahun ini saya mendapat berbagai pengalaman, berkesempatan untuk membaca buku lagi, dan menambah wawasan — sesuatu yang tidak saya dapatkan di tahun-tahun sebelumnya. Ada hal-hal lain juga yang membuat saya jadi lebih berpikir tentang kehidupan, apa persisnya tidak akan saya tuliskan karena bersifat personal. Well tentu 2013 adalah tahun terindah buat saya, namun di tahun 2014-lah saya banyak berkontemplasi. Saya tidak tahu apakah nanti saya bakal masih sering melamun sambil memikirkan pertanyaan-pertanyaan kehidupan. Semoga tidak terlalu sering, karena saya berharap waktu saya akan disibukkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih produktif. 2015, here we go J
Santai baca tulisanmu ini Mar 🙂
Semoga sukses tugas akhirnyaaa :*
Aku percaya padamu. Jangan pernah menyerah , tidak pernah menyerah !
amin, semoga 2015 jd tahun yg baik buat kita ya mba :*
mba dil jg ngeblog??
hehe